Bagaimana Cara yang Tepat untuk Menghadapi Penolakan?
Karir
November 28, 2022
Kamu yang sudah bertahan hingga sejauh ini, mungkin pernah menghadapi penolakan. Ditolak interview kerja, kalah dalam kompetisi, ide ditolak mentah-mentah oleh klien, dan penolakan lainnya yang mungkin membuatmu kehilangan semangat hingga menyalahkan diri sendiri. Mindy tahu, apapun jenis penolakan yang kamu hadapi, tentu terasa menyakitkan—dan ketika kamu sudah mempertaruhkan semuanya tapi ternyata yang didapatkan hanya kata "tidak", cukup membuat siapa pun ingin berhenti mencoba dan menyerah dengan keadaan.
Tapi, yang perlu kamu ketahui, kamu tidak bisa selamanya tenggelam dalam perasaan menyerah. Inilah saatnya kemampuan resiliensi dalam dirimu diuji. Bagaimana kamu kembali bangkit, beradaptasi dengan keadaan, dan menghadapi tantangan hidup, menjadi penentu dalam melanjutkan langkahmu selanjutnya.
Seorang psikolog, Dr. Martin Seligman yang memelopori kajian ilmiah teori psikologi positif, mencetuskan konsep 3P tentang membentuk mindset yang kuat dalam menghadapi penolakan. Adapun perincian konsep 3P untuk menghadapi penolakan sebagai berikut:
Konsep 3P untuk menghadapi penolakan
1. Personalization
Bagaimana kamu memandang kegagalan? Apakah kamu terus menyalahkan diri sendiri atas kegagalan itu?
Mungkin, tanpa kamu sadari, kamu terbiasa menganggap bahwa diri kamu yang bertanggungjawab pada hal buruk dan kegagalan dalam hidup. Nah, pandangan bahwa diri sendiri adalah faktor kegagalan tersebut, dapat menyebabkanmu menjadi lebih sulit untuk bangkit karena faktor internalisasi dan distorsi kognitif. Padahal, kegagalan tersebut bisa saja terjadi karena faktor-faktor yang diluar kendalimu.
Karena itu, Dr. Martin menyarankan bahwa meskipun seseorang harus bertanggung jawab atas sebuah kegagalan, mereka tidak boleh menyalahkan diri sendiri sepenuhnya dan menganggap mereka gagal. Kamu harus melihat gambaran keseluruhan dan mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki keadaan. Ketahuilah, orang-orang sukses akan tanggap untuk membertanggung jawabkan situasi tersebut. Mereka tidak hanya duduk dan menyalahkan diri mereka sendiri atas kegagalan itu.
2. Pervasiveness
Cara pandang kedua adalah bagaimana kita menggeneralisasikan satu hal menjadi sama buruknya. Sebagai contoh, “Baru mulai kerja saja sudah membuat banyak kesalahan, apalagi nanti sampai beberapa tahun kedepan”
Ingatlah bahwa pekerjaanmu baru dimulai dan masih ada hari-hari berikutnya yang menjadi kesempatan untuk lebih baik lagi. Awal yang sulit tidak berarti mendefinisikan bahwa kamu akan gagal seterusnya.
Ubahlah cara pandangmu agar kamu tahu bagaimana beradaptasi dengan keadaan. Dan, sadarilah bahwa segala sesuatunya itu butuh proses, bukan sekedar hasil saja.
3. Permanence
Kalau kamu sampai saat ini, berpikir bahwa kegagalanmu bersifat permanen, sudahilah. Bagaimana kamu bisa bangkit dari kegagalan jika kamu sudah menyerah dan tidak memberi kesempatan lainnya?
Karena itu, untuk menghadapi penolakan, ubahlah mindset bahwa segala kegagalan atau penolakan yang kamu alami hanyalah bersifat sementara. Jika saat ini kamu ditolak interview kerja, bukan berarti hidupmu sudah berakhir. Percayalah, segala sesuatu itu ada waktunya.
Terakhir, yang perlu kamu ingat, kita itu hanya gagal, tapi kita bukan kegagalan. Jadi, mulailah untuk tidak skeptis pada diri sendiri dan sadarilah kamu tetap berharga. Yuk, hadapi kegagalan dengan lebih berani!